assalamu'alaikum wr. wb

welcome to my world
dunia tulisku
di sini kalian akan menemukan beberapa karya tulisku baik itu puisi, cerpen, esai dan lain- lain...
selamat menyusuri tulisan demi tulisan di sini
semoga kalian menikmati

Kamis, 19 Mei 2011

KEMBALI

Bulir meluruh dalam pengharapan
Menyerta rapal do’a terlantun
Dalam jiwa pias kepasrahan
Menunjuk takzim dalam santun

            Di sunyi senyap, pekat malam
            Di hening lelap, lelah manusia

Inilah aku runtuh bersujud
Tumbang dari rasa takabur
Yang pernah menari sesaki kalbu
Menyisakan kerak lemah imanku

            Rahmat-Mu menuntunku
            Kembali berpijak pada lurus jalan
            Tuk menyemai kebaikan
            Demi meraih surga yang terjanjikan
>>> puisi ini diikutkan dalam lomba menulis flash poetry dengan tema " inilah aku"  yang diadakan writing revolution, dan masuk nominasi 50 besar dari 200-an puisi yang ikut lomba...

Jumat, 13 Mei 2011

Lomba dunia maya - Merajut mimpi melalui facebook

Merajut mimpi melalui facebook
by: Prastiwi Bhakti nurani


Sebagaimana kita tahu, saat ini adalah era berkembangnya dunia maya. segala sesuatu yang hadir dari dunia ini seperti situs pertemanan ( facebook, twitter, friendster) dan media blogger ( blogspot, multiply, wordpress), merupakan menu yang biasa kita nikmati setiap hari. mendapati anak- anak, remaja, dewasa, hingga tua begitu asyikberselancar dalam dunia maya, bagai pemandangan lumrah yang acap kita temui.


Dunia maya hadir sebagai dampak berkembangnya kemajuan tekhnologi. Kemajuan tekhnologi menyeret manusia pada sebuah permainan dalam dunia maya. Maka dunia maya menjadi tempat baru bagi bagi manusia di luar dunia nyata, untuk mengembangkan potensi diri dan mengaktualisasi hasrat keinginan.

Begitupun dengan saya, pergumulan dalam dunia maya menyeret saya untuk kembali merajut mimpi, yang pernah terkatung- katung dengan berbgai dalih. Dalih fokus kuliah lah, dalih tidak menemukan tempat yang pas lah atau dalih- dalih yang lain.

Persentuhan saya dengan dunia maya bermula ketika situs pertemanan friendster sedang marak diperbincangkan. pada saat demikian saya adalah mahasiswi tahun pertama. Tak berselang lama, saya juga mulai mengenal facebook. Semenjak itu, hidup saya boleh dikatakan tak pernah bisa lepas dari dunia internet. Pada jeda aktivitas perkuliahan, saya menghabiskan banyak waktu dalam dunia maya.

Dari berbagai situs yang pernah saya kunjungi ketika berselancar, situs pertemanan facebook merupakan situs yang paling sering saya kunjungi. Karena dari situs inilah saya mulai menemukan tempat untuk merajut mimpi saya kembali, yakni menyalurkan kegemaran dalam dunia tulis menulis, dengan harapan kelak mampu mewariskan catatan- catatan inspiratif dan berharga dari tangan saya untuk para generasi bangsa.

Facebook membangkitkan gairah saya untuk menulis lagi. Facebook mengantar saya kembali memungut puing- puing semangat untuk merajut mimpi menjadi seorang penulis. Ini berawal ketika saya bertemu dengan teman lama saya di facebook. Annisa demikianlah namanya.

Pertemuan kami dalam dunia maya, membawa kami pada sebuah obrolan- obrolan menarik dan seru. baik secara langsung melalui chatting maupun tidak langsung melalui inbox, status dan catatan. Dari obrolan tersebut, akhirnya saya mengetahui bahwa dia adalah seorang buruh migran pada salah satu negara tetangga.

Fakta tersebut membuat saya terhenyak. Namun yang membuat lebih terhenyak, fakta bahwa dia sudah mampu menelurkan beberapa buku antologi dan duet. Bagi saya yang menyukai dunia tulis menulis, fakta bahwa Annisa teman saya yang seorang buruh migran mampu menulis buku, seakan menohok dan menderak- derak nurani saya. Bagaimana tidak, saya seorang guru yang memiliki waktu lebih longgar, kalah beberapa langkah dari seorang buruh migran yang tentu saja memiliki waktu lebih sempit.

Pada satu sisi, saya sangat kagum dengan teman saya tersebut. Namun pada sisi lain saya merasa malu. Waktu longgar saya tak dapa saya manfaatkan sebaiknya, sedangkan teman saya dengan segala keterbatasan waktunya mampu menghasilkan buku- buku melalui tangannya.

Maka sejak itu, cerita tentang Annisa yang hadir lewat facebook, menggugah semangat menulis saya dan membangkitkan hasrat menggerakkan pena. Apalagi facebook menawarkan begitu banyak peluang bagi saya untuk memupuk kembali harapan yang sempat tertidur, melalui lomba- lomba yang bertebaran dalam dunia tersebut. Saya berusaha mengubur semua alasan- alasan yang menghambat saya dalam menulis, salah satunya dengan terus mengingat cerita tentang Annisa dan menjadikannya motivasi.

Akhirnya tulisan demi tulisan mampu saya hadirkan dalam perlombaan- perlombaan melalui dunia maya. Ada Essai, artikel, Puisi, Cerpen dan kisah seperti tulisan berikut. Meski untuk itu saya harus pandai betul memanfaatkan waku luang dan memupuk semangat yang kadang suka nakal pergi seenaknya. Saya juga harus berlari- lari mencari warnet yang kosong ( karena biasanya penuh anak sekolah) di sela waktu mengajar saya, sebagaimana saya juga berlari- lari menghindari deadline yang sering terasa mepet karena keterlambatan info lomba yang saya dapat.

Namun pengalaman ini terasa sangat menyenangkan, terlebih saat perjuangan tersebut berbuah manis. Jika saat ini saya baru mampu menghasilkan tulisan- tulisan karena mengikuti perlombaan, saya berharap kelak mampu menghasilkan karya yang fenomenal seperti para penulis hebat di tanah air. Apalagi dua buah puisi saya baru saja terpilih untuk dibukukan dalam sebuah antologi puisi islami. Semoga saja ini bisa menjadi langkah awal dan motivasi bagi saya untuk terus menggerakkan pena dan menghasilkan karya seperti teman saya Annisa, sebagaimana mimpi saya selama ini. Amiiin....

 tulisan ini diikutkan di lomba dengan link

 http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/05/14/lomba-menulis-kisah-nyata-dunia-maya/

MAGHRIB BERJAMA’AH

Malam riuh melangkah
Suara ramai membahana
Temani jengkal demi jengkal menyusur tanah
Meraih rahmat menuju tempat-Nya
            Sajadah, peci, menghias raga
            Mukena warna warni mempercantik wajah
            Membubungkan asa bersua dengan-Nya
            Di atas selembar sajadah
Maghrib berjama’ah
Berderet tubuh berdiri gagah
Berbaris putih membanjar indah
Khusuk munajat dalam ibadah

>>> puisi ini ikut dalam lomba penulisan antologi puisi islami yang diadakan grup SYS ( syaque ya syaque) dan merupakan salah satu puisi terpilih dalam antologi tersebut bersama 149 puisi lain yang akan dibukukan.  

Senin, 02 Mei 2011

Tentangnya

Sore terpangkas semburat senja
Melahap perlahan perjalanan waktu
Kepakkan burung ramai mewarna
Menyisir angkasa pulang menderu


Lamunku  mengkhayal terbang
Membawa kenangan tentangnya

Masih tentangnya
Tentang dia
Tentang sejumput kisah

Tentangnya memacuku
Menggerakkan pena menari
Merangkai kembali kisah lalu
Dalam goresan berbaris
Di atas kertas berhelai

>>> puisi ini diikutkan dalam LOMBA MENULIS, ESAI, CERPEN DAN PUISI-MINDA MEDIA GROUP PEKANBARU


Di antara impian dan peluang karir

“ Mimpi adalah kunci, untuk  kita menaklukkan dunia”. Demikian bunyi penggalan sebuah lagu populer. Ini benar adanya. Karena dengan impian, maka ada tujuan hidup yang hendak dicapai atau dituju.
            Bagi umumnya orang, impian sudah mulai terbangun sejak kecil. Di mana impian sering kali dibangun dari kegemaran atau hobby dan dari potensi atau bakat yang dimiliki. Bangunan impian tersebut kemudian diupayakan pencapaiannya dengan berbagai cara.
            Di antara cara yang diupayakan untuk mewujudkan impian tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Mengembangkan kegemaran atau hobby
2.      Mengeksplorasi potensi atau bakat
3.      Membekali diri dengan pengetahuan yang sesuai dengan bidang impian
Namun faktanya, segala usaha yang telah diupayakan , belum tentu berhasil mewujudkan sebuah impian. Salah satu faktor tersebut adalah peluang yang datang, meski tidak menutup faktor- faktor lain yang tentu saja berbeda- beda antar masing-masing orang. Ini berdasar dengan pegalaman yang saya alami.
Impian saya adalah menjadi seorang Diplomat. Impian ini terbangun bermula dari ketertarikan saya melihat kerja seorang diplomat. Mereka bisa berpindah dari satu negara ke negara lain dalam kurun waktu tertentu dengan membawa misi diplomasi dari negara sang diplomat. Saya pikir itu adalah sebuah karir hebat untuk saya impikan.
Berbagai cara saya upayakan untuk mewujudkan mimpi tersebut. Mengasah kemampuan berbahasa asing, menempuh pendidikan yang memungkinkan untuk berkarir di bidang tersebut dan menambah pengetahuan tentang diplomasi melalui seminar maupun buku.
Sampai kemudian, peluang berkarir di bidang lain datang. Peluang itu adalah peluang menjadi seorang guru.
Bagi sebagian orang, menjadi guru barangkali sebuah impian.tapi tidak demikian bagi saya. Guru bukanlah karir yang saya impikan sebelumnya.
Namun di tengah impian  yang belum kunjung mampu saya wujudkan, peluang ini menjadi sebuah tawaran realistis menurut pikiran saya ketika itu. Maka saya memanfaatkan peluang tersebut dengan dalih menjadikannya bantu loncatan menambah pengalaman saya, seraya terus memupuk harapan untuk bisa mewujudkan mimpi saya kelak .
Demikian menjadi sekelumit gambaran, bahwa di saat impian belum jua mampu terwujud, mengambil peluang yang ada tak jarang menjadi pilihan realistis untuk membangun sebuah impian baru dalam berkarir.
Terlebih di tengah sulitnya membangun sebuah karir belakangan ini, peluang seolah menjadi sedikit pemecah kebuntuan untuk membangun sebuah karir lain yang sebelumnya bukan merupakan karir impian.
>>> tulisan ini diikutkan dalam lomba menulis essai-karir yang diadakan penrbit arias bekerjasama dengan hasfa publisher

Wanita dan Dunia Digital


            Dewasa ini, kita berada dalam sebuah dunia yang disebut dengan dunia digital. Dunia di mana kecanggihan dan kemutakhiran Technology menjadi teman kita.
            Coba bertanya  pada setiap orang yang kita temui, bahkan pada siswa sekolah dasar sekalipun. Banyak dari mereka mengenal apa itu handphone, komputer, playstation, kamera digital maupun internet. Sejauh mata memandang, maka kita akan menemukan berderet- deret counter handphone, warung internet, studio digital dan gerai komputer di sepanjang pertokoan ataupun pusat perbelanjaan.
            Demikian itu merupakan bukti kemajuan Technology, yang membawa kita pada sebuah dunia baru yang berbeda dengan dunia kita dahulu. Dunia di mana hanya mengenal surat untuk berkirim kabar, layar tancap untuk tontonan atau petak umpet untuk permainan. Bandingkan dengan sekarang. Kita hanya perlu beberapa detik untuk berkirim kabar melalui handphone, kita memiliki banyak pilihan untuk menonton, bisa melalui bioskop,CD, dan VCD, atau anak- anak kita bisa dimanjakan dengan permainan canggih bernama playstation. Semua benda tersebut adalah benda yang lahir dari dunia digital.
            Berbeda dengan dunia dapur yang sering dilekatkan pada wanita dan dunia kerja yang dilekatkan pada pria, maka dunia digital bebas dari stigma atu cap kepada siapa dilekatkan. Artinya baik wanita maupun pria memiliki kekuasaan yang sama untuk bisa mengakses dan berpartisipasi dalam perkembangan dunia digital. Ketiadaan stigma dalam dunia digital, memberikan  ruang yang lebar dan luas bagi wanita untuk melek Technology dan tidak gagap terhadap barang- barang yang muncul dari dunia digital tersebut.
            Ingat kasus Prita mulyasari? Seorang wanita biasa yang mendadak menjadi pusat perhatian karena tulisannya. Kemelekannya terhadap dunia digital dalam hal ini diwakili oleh internet, mampu menggerakkan empati begitu banyak orang untuk mengulurkan koin- koin mereka dalam “ koin prita”, maupun menggerakkan nurani orang- orang sehingga tercipta gelombang demonstrasi menuntut kebebasannya.
            Ingat juga cerita video Shinta dan  Jojo ?. kemampuan mereka dalam menyerap kecanggihan Technology dunia digital, membawa mereka menjadi artis secara instan. Keisengan mereka mengunduh video lipsyinc di youtube berbuah  tawaran- tawaran pada mereka yang menjadikan  kantong mereka lebih tebal.
            Wanita- wanita seperti  prita mulyasari, Shinta dan jojo adalah sedikit wanita yang tidak hanya terpaku pada urusan dalam dunia dapur semata, tetapi juga terjun dalam dunia digital. Karena memang kondisi  di era milenium di mana digitalisasi menjadi gaya hidup, menuntut semua orang tak terkecuali wanita bergerak keluar dari zona kebiasaan.
            Jika wanita seperti RA Kartini yang dianggapsebgi tokoh emansipasi wanita mengungkapkan ide- ide, pemikiran dan kegelisahannya hanya melalui surat- surat yang dikirim kepada sahabat- sahabatnya, maka wanita- wanita pada zaman sekarang mampu menuangkannya melalui media yang jauh lebih canggih seperti internet. Wanita pada generasi sekarang dimudahakan untuk bisa menuangkan ide- ide dan gagasannya melalui media blogger, situs pertemanan maupun surat elektronik email.
            Jadi jika seorang Kartini saja dengan keterbatasan sarana dan keadaan pada masanya mampu membuat perubahan, tentu saja kita para wanita Indonesia yang hidup pada zaman digital ini seharusnya mampu berbuat lebih banyak dalam perubahan dengan sarana dan Technology yang ada.

>>> karya ini diikutkan dalam lomba essai  untuk memperingati hari kartini yang diadakan oleh hasfa publisher.